Keindahan Tersembunyi Pulau Panggang di Kepulauan Seribu | Pulau Panggang merupakan sebuah pulau yang masuk dalam wilayah kecamatan Kepulauan Seribu Utara, kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia. Pulau Panggang memiliki luas sekitar 9 hektar dan dihuni sekitar 2.300 jiwa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Pulau Panggang menyimpan banyak keindahan alam yang eksotik, dan selain itu Pulau Panggang juga menyimpan cerita sejarah kepahlawanan.
Sejarah Pulau Panggang.
Bermacam versi muncul tentang cerita asal muasal Pulau Panggang. Mayoritas penduduk yang bermukim di Pulau Panggang menyakini adanya cerita tentang seorang pendekar yang lebih dikenal dengan sebutan, Pendekar Darah Putih. Kala itu, sang pendekar terdampar di pulau yang sekarang dikenal dengan nama Pulau Panggang. Penduduk setempat meyakini ada dua versi tentang Riwayat Pendekar Darah Putih. Versi pertama, konon sang pendekar terdampar di Pulau Paniki yang terletak di seberang pulau Panggang. Kala itu para nelayan menemukan sang pendekar dalam kondisi tak sadarkan diri di Pulau Paniki. Sedangkan versi kedua menyebutkan sang pendekar berasal dari daerah Mandar, Sulawesi. Sang pendekar datang di pulau ini untuk mencari kerabatnya. Pendekar Darah Putih digambarkan sesosok laki-laki yang gagah berani dan memiliki ilmu beladiri kelas tinggi. Hal itu diketahui setelah sang pendekar ikut bersama warga untuk menangkap dan mengusir gerombolan perompak yang saat itu merampok harta benda penduduk di Pulau Panggang.
Kala itu sang pendekar bertarung dengan para perompak yang jumlahnya belasan orang. Dalam pertarungan yang tak seimbang itu, seorang perompak berhasil melukai lengan sang pendekar. Namun bukan darah merah yang keluar dari luka itu, tapi darah yang keluar berwarna putih. Maka sejak saat itu sang pendekar diberi gelar Pendekar Darah Putih. Keberadaan Pendekar Darah Putih ini sangat berkaitan dengan nama Pulau Panggang. Sang pendekar dan para penduduk setempat berhasil mengalahkan gerombolan perompak, dan menangkap tiga dari belasan orang perompak yang menyerang Pulau Panggang. Sang pendekar mencari siasat dengan cara penyuruh penduduk untuk membuat pemanggangan atau perapian dengan maksud agar para perompak itu takut dan tidak berani datang lagi. Api yang berkobar dari pemanggangan itu berhasil membuat para perompak ketakutan. Para penduduk pun berteriak akan memanggang para perompak hidup-hidup. Lalu salah satu warga bersandiwara dan menjerit-jerit kepanasan, seolah-olah dia sedang dibakar, hingga kemudian dia berhenti berteriak seakan-akan sudah meregang nyawa.
Tiga orang perompak yang ditawan itu dalam keadaan ditutup matanya, sehingga tidak dapat melihat apa-apa. Mereka tampak ketakutan mendengar jeritan tadi. Mereka mengira bahwa itu adalah salah satu rekannya yang telah tewas dipanggang oleh para penduduk. Sebab mereka mulai mencium bau daging terbakar. Padahal bau itu berasal dari seekor kambing yang sengaja dibakar oleh sang pendekar. Setelah siasat itu selesai, dua dari tida perampok tadi dilepas dan yang satu lagi ditawan di suatu tempat yang tidak ketahui letaknya. Berkat keberanian sang pendekar, para penduduk setempat akhirnya menamakan pulau tersebut dengan nama Pulau Panggang. Tidak ada catatatan yang pasti tentang perjalanan hidup Pendekar Darah Putih, namun mayoritas penduduk Pulau Panggang secara turun temurun mempercayai riwayat tersebut dengan adanya bukti peninggalan batu nisan dan makam kuno yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya sang pendekar.
Dulu pada Tahun 1761 Pulau Panggang disebut juga Pulau Pangan, dan pada tahun 1906 namanya diganti menjadi Pulau Panjang atau Pulau Long. Dan pada tahun 1986 ditetapkan sebagai Kelurahan Pulau Panggang, namun meningkatnya status dari kecamatan menjadi kabupaten administrasi, Kelurahan Pulau Panggang disahkan kembali pada tanggal 27 juli 2000. Peninggalan bersejarah yang masih terpelihara dan kokoh adalah gedung peninggalan zaman kolonial, yang saat ini dijadikan Kantor Kelurahan Pulau Panggang. Walau gedung ini dibangun pada tahun 1618 dan sudah mengalami renovasi beberapa kali, tapi keasliannya tetap terjaga hingga sekarang. Selain makam kuno yang diyakini oleh penduduk sebagai makam Pendekar Darah Putih juga terdapat makam kuno peninggalan Kapitan Abdul Malik dan Kapitan Saudin.
Kuliner Khas Dan Potensi Ekowisata Pulau Panggang.
Pulau Panggang memiliki produk unggulan dan makanan khas yaitu Sate gepuk, keripik sukun, dan kerupuk cue dan sangat digemari oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain itu ada juga makanan khas yang lainnya seperti :
• Kue Kelabu
Kue ini sering disebut juga sebagai Kue Janda Mengandang di Pulau Tidung. Kue ini terbuat dari dari tepung, santan kelapa, garam alus, pewarna, dan gula pasir.
• Kue Selingkuh
Kue ini terbuat dari tepung beras dan disantap dengan sirup berwarna pink sehingga penampilannya sangat menarik.
• Bom Atom Dan Talam Ikan
Bom Atom adalah makanan yang terbuat dari tepung dan dicelup ke dalam gula karamel yang telah diberi pewarna sedangkan Talam Ikan terbuat dari tepung beras yang dimasak hingga berbentuk seperti pudding dan diberi taburan abon ikan diatasnya.
Sayangnya, produk unggulan dan makanan khas tersebut belum digarap secara optimal. Karena hanya sebagian warga saja yang mahir membuat makanan khas dan dinikmati sebatas konsumsi sendiri dan juga terkendala oleh pemasaran sehingga kurang begitu populer. Sebab terbesar karena minimnya promosi ekowisata Pulau Panggang, padahal pulau ini menyimpan banyak potensi sebagai taman nasional dengan keindahan alamnya, dan wisata laut dengan pemandangan dalam air yang indah untuk diving dan snorkling. Harapannya, jika promosi ekowisata Pulau Panggang berkembang, maka produk-produk unggulan seperti makanan khas dan seni kerajinan seperti kerajinan kulit telur, kerajinan dari kerang, manik-manik serta lukisan baju juga ikut terangkat.
Fasilitas di Pulau Panggang.
Bagi pada wisatawan yang hendak menikmati keindahan alam Pulau Panggang tidak perlu khawatir untuk menuju kemari karena di dermaga Pantai Marina Jaya Ancol saat ini sudah tersedia alat transportasi berupa speedboat, sehingga dapat mempercepat waktu. Sedangkan, di Pelabuhan Muara Angke Terdapat kapal Lumba-Lumba atau Kerapu dan juga kapal ojek atau kapal tradisional dengan tarif yang relatif terjangkau dengan waktu tempuh yang relatif lama. Jarak Pulau Panggang dari daratan Jakarta kurang lebih sejauh 74 kilometer.
Demikian yang dapat kami rangkumkan untuk anda tentang Keindahan Tersembunyi Pulau Panggang di Kepulauan Seribu, dan Selamat Berlibur Guys!
0 komentar:
Post a Comment
Cinta dengan indonesia?
Maka cinta unruk merawatnya.....
Jangan buang sampah sembarangan....
Jaga alam untuk kelestarian bersama.... :)
sip-alamnusantara